Kami kini tengah duduk berhadapan dengan seorang pengusaha Turki penting dan sukses di bidangnya. Tiap kami lemparkan pertanyaan, ia sambut dengan antusias. Entah dari mana ia dapatkan semua energi itu. Semakin kami dalami wawancara ini, semakin kami paham bahwa kami berhadapan tidak hanya dengan seorang pengusaha yang penting dan lugas, tapi juga seorang manusia yang alam pikiran dan raganya telah menyatu dengan elok dan patut kita contoh. Ketika ia paparkan target-targetnya dan satu persatu ceritakan keberhasilan yang diraihnya, kami mahfum bahwa di depan kami ini adalah seorang pemimpin usaha yang tekun, fokus, dan tiada henti berusaha untuk tumbuh besar lewat investasi dan jerih payah usahanya. Pada saat yang bersamaan, ia juga seorang pengusaha yang mencintai budaya dan seni, dan berjiwa olahraga yang dinamis. Siapakah ia ini, tentu Anda penasaran bukan? Baiklah, saya beritahu: ia adalah Emin Hitay. Seorang insan multi-talenta, ia juga adalah Presiden Direktur Hitay Investment Holdings, salah satu grup penanaman modal yang terkemuka di Turki. Gelas kepribadiannya selalu penuh berisi, tidak pernah setengah kosong. Baik itu di bidang teknologi, finansial, sektor internet, atau investasi raksasa di sektor permainan olahraga, ia berulangkali mencatatkan keberhasilan lewat analisa dan keputusan-keputusan bisnis berani yang diambilnya. Jumlah karyawannya tumbuh meningkat, omset-nya tumbuh mengembung. Ia cepat dalam melupakan dan menarik pelajaran dari segala kerugian atau kekecewaan bisnis yang pernah ia alami. La tidak pernah berlama-lama meratapi kegagalan, karena baginya lebih baik menikmati keberhasilan daripada menangisi kegagalan! Dengan bilyoner.com, ia kini tengah mempersiapkan diri untuk terjun dalam proyek tender olahraga terbesar Turki. Sedemikian gila kerjanya ia, ketika kami lontarkan pertanyaan tentang pensiun, ia malah menatap kami heran dan bergurau, “Apa pula itu – pensiun?” Ia jawab sendiri, “Saya baru pensiun kalau sudah di alam baka” (semoga Allah memberinya umur yang panjang. Amin). La sangat menyimpan erat filosofi hidup yang ia percaya bahwa, “kehidupan akan menganugerahkan keberhasilan kepada mereka yang layak mendapatkannya, dan merenggutnya dari yang tidak berhak.” La juga percayasekali bahwa untuk meraih keberhasilan, dibutuhkan keteguhan, kesabaran, dan keuletan yang luar biasa. Bersama dengan istrinya, ia juga memimpin unit usaha property berkelas di Turki, yang mewakili Sotheby’s International, sebuah agen property kelas dunia. Setiap udara pagi dihirupnya dengan pemandangan selat Bosphorus di depan kamar tidurnya, dan hari-hari kerjanya diwarnai dengan pemandangan indah kota Istanbul. Dengan bermodal suntikan semangat ini, ia kukuh menjulang di atas, untuk meraih setiap tujuan yang ia impikan. Pendeknya, dalam wawancara dengan finansgundem.com ini, ia berbagi kisah hidup, keberhasilan dan dinamika bisnisnya dengan para pembaca. Selamat membaca.
KAMI MEWUJUDKAN PERUBAHAN YANG PENTING DI TEKNOSER
Finansgundem.com: Baik secara global ataupun di Turki sendiri, kini kita tengah berada di situasi ekonomi yang tidak menentu. Bagaimana situasi ini berpengaruh kepada Hitay Investment Holdings? Apakah Anda bisa mencapai seluruh target yang Anda harapkan di tahun 2013?
Emin Hitay: Dalam enam bulan awal ini, kami telah mencapai target yang kami harapkan. Bahkan kami tengah mengejar target-target tambahan lainnya. Dari sudut pandang korporasi kami, tahun 2013 adalah tahun di mana kami mewujudkan perubahan penting di Teknoser. Hal ini telah kami rencanakan empat tahun yang lalu. Sampai tiga tahun yang lalu, Teknoser di Turki hanya dikenal sebagai perusahaan terkemuka di bidang mesin POS (point of sales). Tapi kami lantas memutuskan untuk membawa Teknoser agar lebih dikenal di Turki, dan masuk dalam tiga besar penyedia jasa sistem integrasi. Kami telah mengambil sejumlah langkah-langkah besar untuk ini, dan mengucurkan investasi yang cukup besar. Walhasil, dengan kerja keras dan perencanaan yang matang, kini kami tengah menuai buah dari jerih payah kami tersebut. Omset Teknoser di tahun 2011, yang berjumlah 58 juta TL (sekitar Rp 290 milyar), pada tahun 2012 telah meningkat menjadi 80 juta TL (sekitar Rp 400 milyar). Kami menargetkan untuk mencapai omset 140 juta TL (sekitar Rp 700 milyar) pada tahun 2013 ini, dan kelihatannya menurut catatan kami angka tersebut bisa kami tembus. Hasil-hasil ini, serta prediksi kami untuk tutup tahun 2013, menunjukkan indikasi sejauh mana kami telah mengambil langkah yang tepat. Dengan merambahnya Teknoser keluar dari wilayahnya sebagai penyedia jasa mesin POS ke penyedia sistem integrasi, kami telah berhasil meraup sejumlah tender proyek penting di Ankara. Kami memperbaharui model bisnis kami, dan melebarkan sayap ke sejumlah sektor penting lainnya.
KAMI PUNYA TARGET UNTUK MENINGKATKAN OMSET DAN KEUNTUNGAN PADA TAHUN 2014
Bagaimana keadaan unit-unit bisnis Anda yang lain? Misalnya unit usaha “Factoring” yang Anda bentuk belum lama ini…
Sebenarnya keputusan untuk terjun dalam sektor “factoring” tidak disebabkan oleh suatu kebutuhan. Ketika itu kami punya dana tidak terpakai, dan agar lebih produktif, kami putuskan untuk memakainya untuk mendirikan Arena Faktoring pada tahun 2009. Namun karena situasi ekonomi global saat ini yang gonjang-ganjing, kami agak berhati-hati mengambil langkah dalam hal ini. Namun unit-unit usaha kami yang lain berjalan cukup bagus. Misalnya Dorinsight, telah berjalan dan mencapai seluruh target yang kami harapkan. Demikian pula dengan 2nokta, yang meskipun agak lamban, namun juga telah menyelesaikan seluruh targetnya. Sama halnya dengan usaha kami yang lain di Bilyoner.com, yang berjalan cukup mengesankan.
Apakah Anda juga akan mencatat pertumbuhan yang sama di tahun 2014?
Hitay Investment Holdings bekerja menurut skema investasi per tiga tahun, dan semua investasi itu telah kami capai pada akhir tahun 2012. Oleh karena itu, untuk tahun 2014 kami tidak berencana meluncurkan proyek investasi baru. Seluruh investasi kami telah berbuah pada tahun 2013. Pada tahun 2014 unit-unit usaha kami harapkan akan mencatat pertumbuhan yang baik.
TARGET OMSET 2013 505 JUTA LIRA (SEKITAR RP 2,81 TRILYUN)
Apa yang Anda bisa banggakan ketika berbicara tentang Hitay Investment Holdings?
Bahwa kami adalah korporasi dengan karyawan mencapai 1,000 orang, telah mencatatkan omset sebesar 418 juta Lira (sekitar Rp 2,32 trilyun) pada tahun lalu, dan menargetkannya menembus angka 505 juta Lira (sekitar Rp 2,81 trilyun) pada tahun 2013 — dan sejauh ini telah mampu menunjukkan sinyal kuat ke arah itu. Jika dilihat dari perspektif tiga tahunan, kami juga adalah perusahaan yang teliti membuat perencanaan seluruh investasinya, dan tengah mengumpulkan buah dari seluruh kerja keras kami. Saat ini grup kami terdiri dari delapan unit usaha.
Apakah jumlah karyawan Anda akan bertambah?
Soal penyerapan tenaga kerja ini sangat terkait erat dengan proyek-proyek yang ditangani oleh Teknoser. Memang unit-unit kami yang lain juga mampu menyerap tenaga kerja, tapi tidak sebesar yang dibutuhkan Teknoser. Dengan Teknoser, kami mampu menangani proyek-proyek skala besar. Dan berbagai proyek tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja. Kami mulai tumbuh dengan memenangkan sejumlah proyek tender besar di Ankara.
KAMI MENUNGGU PERSYARATAN YANG JELAS DARI MILLI PIYANGO
Anda mengambil keputusan untuk terjun ke bursa tender Milli Piyango. Apakah ada perkembangan soal ini?
Sudah ada rapat yang diadakan terkait dengan tender ini. Tapi soal persyaratan dan kondisinya masih belum semuanya jelas benar. Mereka telah mengundang perusahaan-perusahaan calon peserta bursa tender. Kami dan beberapa rekan juga turut diundang. Keputusannya sangat tergantung pada persyaratan dan kondisi. Kami akan beri keputusan setelah menimbang segala hal tersebut.
Jika Anda memenangkan tender Milli Piyango, bagaimana rencana Anda untuk memadukannya dengan Bilyoner.com?
Kami memang terjun ke bursa tender ini atas nama Bilyoner.com. Hanya saja kami disertai juga oleh dua rekan lainnya. Saat ini pembicaraan masih berlangsung. Belum ada sesuatu yang jelas. Begitu persyaratan dan kondisi sudah jelas, kami akan segera mengambil keputusan.
SAYA RUGI 5 JUTA DOLAR DENGAN EMBRIYO
Kalau boleh, kami ingin sedikit mendengar kisah kegagalan Anda. Seingat kami, Anda pernah mendirikan unit usaha bernama “Embriyo”? Yang lalu terpaksa Anda tutup karena merugi. Menurut Anda, di mana letak kesalahan unit usaha tersebut?
Sebenarnya Embriyo bermula dari suatu gagasan yang cemerlang. Kami memulainya dengan meluncurkan investasi di sejumlah proyek-proyek internet, dengan memanfaatkan kelebihan dana yang ada di kas kami. Tapi tak lama kemudian, ada perubahan dalam strategi kami, dan kami memakai proyek yang kami kembangkan sendiri. Ketika beberapa dari proyek tersebut mulai merugi, maka gagasan itu tidak kami lanjutkan lagi.
Ada berapa proyek yang Anda tangani lewat Embriyo?
Seluruhnya ada 5 proyek. Seiring dengan krisis ekonomi 2008, empat proyek dari lima ini terpaksa kami likuidasi. Hanya Dorinsight yang bertahan. Lewat Embriyo ini kami mencatat kerugian sekitar 4,5-5 juta dolar. Yah, tapi apa mau dikata – namanya saja bisnis. Bisa untung, bisa pula rugi. Saya sendiri adalah entrepreuner yang tidak mau cepat menyerah. Saya cepat mengambil keputusan, dan terjun dalam banyak proyek. Apalagi soal investasi dalam bidang internet, tidak ada jaminan seratus persen sukses.
KEHIDUPAN MENGANUGERAHKAN KEBERHASILAN BAGI YANG BERHAK, DAN MERENGGUTNYA DARI YANG TIDAK
Apakah ada prinsip bisnis yang sangat Anda pegang?
Bagi saya hanya ada satu prinsip yaitu, “kehidupan menganugerahkan keberhasilan bagi yang berhak, dan merenggutnya darı yang tidak.” Jika memang Anda tidak berhak, maka jika pun ada keberuntungan, maka ia akan menghilang suatu saat. Yang paling penting ketika terjun dalam bisnis adalah keuletan dan kesabaran. Kunci dari kesuksesan suatu pekerjaan adalah kerja keras. Secara pokok, ini adalah hal yang sangat saya pegang teguh.
KINI INDONESIA TENGAH MEMPERTIMBANGKAN SAYA UNTUK MENJADI KONSUL KEHORMATAN DI WILAYAH MEDITERANIA
Bisakah Anda bercerita sedikit tentang kisah Anda diangkat menjadi Konsul Kehormatan Indonesia di Istanbul?
Sebenarnya itu sangat kebetulan. Suatu ketika di tahun 2006, Kementrian Negara Olahraga di bawah Menteri Negara Mehmet Ali Sahin, mengedarkan sebuah undangan berkunjung ke Indonesia untuk seluruh anggota DEIK (sebuah assosiasi pengusaha terkemuka di Turki – penterj.). Mereka meminta agar kita menyiapkan sebuah delegasi bisnis untuk berkunjung ke Indonesia. Rencananya kami akan mendampingi tim menteri untuk beraudiensi dengan pihak terkait di sana. Ketika itu saya belum pernah ke Indonesia. Timbul hasrat saya selaku pengusaha ketika itu untuk mengenal negara ini secara lebih dekat. Ketika kami di sana, saya temukan suasana yang sangat bersahabat. Kita berkenalan sangat dekat dengan para birokrat papan atas di Kementerian Luar Negeri Indonesia. Mereka menawarkan saya posisi Konsul Kehormatan Indonesia untuk Istanbul. Sebenarnya ketika itu di Istanbul sudah ada Konsul Kehormatan Indonesia, dan posisi itu telah ada selama 22 tahun. Tapi para pejabat Kemlu berpandangan bahwa sudah saatnya Konsul Kehormatan mereka di sana dijalankan oleh pihak pengusaha, karena hubungan ekonomi kedua negara meningkat pesat, dan Istanbul adalah kota bisnis yang penting. Saya sampaikan bahwa jika tidak ada masalah secara etika, saya setuju dan siap kapan saja.
Urusan administrasi untuk itu makan waktu dua tahun, dan pada bulan November 2008 saya mulai secara resmi menjabat Konsul Kehormatan Indonesia di Istanbul lewat suatu upacara kenegaraan di Kedutaan Republik Indonesia di Ankara.
Tahun ini (2013), Indonesia membuka Konsulat Jenderal-nya di Istanbul. Segalanya sudah dipersiapkan, sampai kepada bangunannya. Tapi Pejabat Konsul-nya masih belum diangkat. Ketika beliau diangkat, maka secara otomatis fungsi saya sebagai Konsul Kehormatan berakhir. Kini Indonesia tengah mempertimbangkan saya untuk menjadi Konsul Kehormatan Indonesia untuk wilayah Turki di Laut Mediterania. Karena hubungan kita sangat baik. Di Indonesia sebentar lagi pada tanggal 17 Agustus akan ada upacara hari Kemerdekaan, dan pada tanggal 17-20 Agustus akan berlangsung Kongres Diapora Indonesia, di mana saya juga turut diundang untuk menghadiri.
VILLA SADIKOGLU ITU RUMAH KAMI, KALAU VILLA ZEKI PASHA ITU BUKAN MILIK SAYA
Banyak gema terdengar ketika Anda membeli villa Sadikoglu seharga 20 juta dolar. Kemudian juga banyak yang membicarakan soal Anda menjual Villa Zeki Pasha seharga 120 juta dolar. Bagaimana ceritanya Anda sangat mencintai Villa?
Pertama-tama, saya ingin menjelaskan kesalahpahaman yang sering terjadi. Sebelum ini sering diberitakan seolah-olah saya menjual villa yang saya beli 20 juta dolar dengan harga 120 juta dolar. Villa Sadikoglu itu adanya di Bebek (sebuah distrik terkenal di tepi selat Bosphorus – pentj). Ini adalah rumah kami, dan juga pada saat yang sama saya pakai sebagai Konsulat Kehormatan Indonesia di Istanbul. Sedangkan Villa Zeki Pasha itu letaknya di Rumelihisar, dan bukan milik saya.
Saya dengan istri menjalankan usaha di bidang properti sebagai perwakilan Sotheby’s International Property di Turki, dan Sotheby’s Realty ini memang sepenuhnya bergerak di bidang property. Ia mempertemukan penjual dan pembeli. Istri saya yang menjalankan unit usaha ini sepenuhnya di Turki.
Jadi Villa Zeki Pasha itu adalah sebuah Villa yang kami bantu jual lewat agensi kami tersebut.
TIAP PAGI SAYA JOGGING DI TEPI SELAT BOSPHORUS
Bagaimana kehidupan Anda di luar bisnis? Sepanjang yang kami tahu, Anda menyenangi golf dan arung jeram. Bahkan Anda pernah memenangi sejumlah tropi kompetisi Golf.
Setelah saya mengalami musibah cedera di tahun 2002 akibat arung jeram, saya juga terpaksa meninggalkan golf. Karena diminta anak saya, beberapa kali saya pernah membawa ia ke arung jeram. Tapi ia lebih senang di golf, sehingga saya memutuskan untuk mendukungnya dalam hal itu. Kerim (17 tahun) cepat belajar dalam olahraga golf. Ketika ia berusia 13 tahun, ia berhasil menyabet juara terbaik untuk umurnya. Saya juga pernah menang sejumlah kompetisi, tapi sekarang saya kurang begitu sering memainkannya.
Maksudnya, Anda sekarang tidak lagi berolahraga?
Oh, tentu tidak! Seminggu enam kali saya berolahraga. Di rumah, saya selalu jogging 7 kilometer di treadmill, disambung dengan angkat barbel, sit-up, dan stretching. Saya dibantu oleh instruktur di rumah. Saya berolahraga bukan lagi untuk hobi, tapi untuk obat kebugaran. Agar sehat kita harus sering bergerak.
Jadi, apakah hobi Anda sekarang?
Kalau untuk hobi, saya sangat meminati seni kontemporer. Saya punya sedikit koleksi seni. Saya suka membeli barang-barang seni baik dari Turki ataupun luar negeri. Benda seni pertama kali yang saya beli di tahun 1986. Sejak tahun 2000, saya semakin tambah banyak mengoleksinya. Tiap tahun saya ke Art Basel. Bahkan tahun ini, lewat kerjasama saya dengan Fakultas Senirupa Universitas Mimar Sinan, saya mensponsori tiga mahasiswa seni yang berprestasi dari universitas tersebut ke Art Basel. Besar harapan saya agar ini dapat kiranya menjadi inspirasi bagi pengusaha lain, agar semakin banyak mahasiswa kita yang paham dan menghargai seni.
SAYA BARU PENSIUN KALAU SUDAH DI ALAM BAKA
Bisakah Anda sedikit bercerita tentang rencana masa pensiun Anda?
Pensiun? Apa itu? Saya baru pensiun kalau sudah masuk ke alam baka. Lagipun, kalau sudah pensiun saya mau apa? Apakah saya cuma harus santai memancing ikan saja? Daripada begitu, lebih baik saya sibuk jual beli perahu boat untuk pemancing. Walaupun sebenarnya saya punya perahu 12 meter, tapi cuma bisa dipakai di seputaran perairan Istanbul saja. Tapi saya lebih senang daratan. Kaki saya mesti menginjak tanah.
Bagaimana hubungan Anda dengan musik?
Saya bisa menikmati segala jenis musik, tergantung dengan suasana hati ketika itu. Saya kira saya punya rasa seni. Juga di bidang grafis. Saya selalu punya kamera foto yang bagus. Dulu saya sering berburu foto setiap akhir pekan. Dulu kita pakai rol untuk kamera. Awalnya kita tidak bisa mencucinya di Turki, mesti ke Yunani. Kita kirim ke sana lewat pos, baru dikirim kembali setelah selesai. Di masa-masa itu, saya memamerkan foto-foto saya kepada teman-teman sambil ditemani musik. Tapi seiring dengan semakin sibuknya pekerjaan, saya sudah tidak sempat lagi membagi waktu untuk itu. Saya baru-baru ini beli Nikon D4, tapi belum sempat saya sentuh sama sekali.